BAB
2
TINJAUAN
TEORI
2.1 Pengertian
Hipertiroid/Hipertiroidisme
Hipertiroidisme
(Tiroktosikosis) merupakan suatu keadaan di mana didapatkan kelebihan hormon
tiroid karena ini berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis dan biokimiawi
yang ditemukan bila suatu jaringan memberikan hormon tiroid berlebihan.
Hipertiroidisme
merupakan keadaan tirotoksikosis yang disebabkan oleh hiperfungsi kelenjar
tiroid sehingga hormon tiroid berlebihan dalam sirkulasi darah.
Hipertiroidisme
merupakan sekresi hormon tiroid yang berlebihan yang dimanifestasikan melalui
peningkatan kecepatan metabolisme (Brunner & Suddert, 2000).
Hipertiroid atau
Hipertiroidisme adalah suatu keadaan atau gambaran klinis akibat produksi
hormon tiroid yang berlebihan oleh kelenjar tiroid yang terlalu aktif. Karena
tiroid memproduksi hormon tiroksin dari lodium, maka lodium radiaktif dalam
dosis kecil dapat digunakan untuk mengobatinya (mengurangi intensitas
fungsinya).
Kelenjar tiroid adalah
subtansi kimia yang diproduksi oleh kelenjar tiroid dan dilepaskan kedalam
aliran darah. Hormon tiroid saling berinteraksi dengan hampir seluruh sel
tubuh, yang menyebabkan sel tubuh untuk meningkatkan aktivitas metabolisme
mereka. Kelainan banyaknya hormon tiroid ini yang secara khas mempercepat
metabolisme tubuh. Metabolisme adalah proses kimia dan fisika yang menciptakan
unsur dan menghasilkan energi yang diperlukan untuk fungsi sel, pertumbuhan dan
divisi.
Hipertiroid atau
Hipertiroidisme biasanya dapat diatasi dengan obat-obatan. Pilihan lainnya
adalah pembedahan untuk mengangkat kelenjar tiroid atau pemberian yodium
radiaktif. Setiap pengobatan memiliki kelebihan dan kekurangan.
Agar bekerja sebagaimana mestinya, kelenjar
tiroid memerlukan sejumlah kecil yodium : Jumlah yodium yang berlebihan bisa
menurunkan jumlah hormon yang dibuat dan mencegah pelepasan hormon tiroid.
Karena itu untuk menghentikan pelepasan hormon tiroid yang berlebihan, bisa
diberikan yodium dosis tinggi. Pemberian yodium terutama bermanfaat jika
hipertirodisme harus segera dikendalikan (misalnya jika terjadi badai tiroid
atau sebelum dilakukan tindakan pembedahan). Yodium tidak digunakan pada
pengobatan rutin atau pengobatan jangka panjang. Propiltiourasil atau metimatol
merupakan obat yang paling sering
digunakan untuk mengobati hipertiroidisme. Obat ini memperlambat fungsi tiroid
dengan cara mengurangi pembentukan hormon tiroid oleh kelenjar. Kedua obat
tersebut diberikan per-oral (ditelan), dimulai dengan dosis tinggi. Selanjutnya
disesuaikan dengan hasil pemeriksaan darah terhadap hormon tiroid.
Tiroiditis adalah
radang kelenjar tiroid yang biasanya diikuti dengan gejala hipertiroid.
Penyakit ini lebih banyak ditemukan pada wanita setelah melahirkan, yang
beberapa bulan kemudian timbul gejala hipotiroid. Sebagian besar akan pulih
kembali menjadi normatiroid. Setelah pengobatan dengan radiasi yodium
radiaktif, atau setelah tindakan beda, jaringan tiroid menjadi tidak berdungsi
atau terambil semua oleh operasi mata akan timbul gejala hipotiroid.
Obat-obatan beta bloker (misalnya
prapanolol) membantu mengendalikan beberapa gejala Hipertiroid. Obat ini
efektif dalam memperlambat denyut jantung yang cepat, mengurangi gemetar dan
mengendalikan kecemasan. Beta broker terutama bermanfaat dalam mengatasi badai
tiroid dan penderita yang dikendalikan oleh obat lain. Sebagian besar pemakaian
yodium radiaktif pada akhirnya menyebabkan hipotiroidlisme sekitar 25%
penderita mengalamai hipoteroidisme dalam waktu 1 tahun setelah pemberian
radioaktif.
Pada riroldektomi,
kelenjar tiroid diangkat melalui pembedahan. Pembedahan merupakan terapi
pilihan bagi penderita muda, penderita yang gondoknya sangat besar, penderita
yang alergi, terhadap obat atau mengalami efek samping akibat obat. Setelah
menjalani pembedahan, bisa terjadi hipotiroidisme kepada penderita ini
diberikan terapi salih hormon sepanjang hidupnya.
2.2
Anatomi
dan Fisiologi Hipertiroidisme
Mekanisme yang berjalan
di dalam tubuh manusia tersebut diatur oleh dua sistem pengatur utama, yaitu:
sistem saraf dan sistem hormonal atau sistem endokrin (Guyton & Hall:
1159). Pada umumnya, sistem saraf ini mengatur aktivitas tubuh yang cepat,
misalnya kontraksi otot, perubahan viseral yang berlangsung dengan cepat, dan
bahkan juga kecepatan sekresi beberapa kelenjar endokrin (Guyton & Hall:
703). Sedangkan, sistem hormonal terutama berkaitan dengan pengaturan berbagai
fungsi metabolisme tubuh, seperti pengaturan kecepatan rekasi kimia di dalam
sel atau pengangkutan bahan-bahan melewati membran sel atau aspek lain dari
metabolisme sel seperti pertumbuhan dan sekresi (Guyton & Hall:1159).
Hormon tersebut
dikeluarkan oleh sistem kelenjar atau struktur lain yang disebut sistem
endokrin.Salah satu kelenjar yang
mensekresi hormon yang sangat berperan dalam metabolisme tubuh manusia adalah
kelenjar tiroid. Dalam pembentukan hormon tiroid tersebut dibutuhkan persediaan
unsur yodium yang cukup dan berkesinambungan. Penurunan total sekresi tiroid
biasanya menyebabkan penurunan kecepatan metabolisme basal kira-kira 40 sampai
50 persen di bawah normal, dan bila kelebihan sekresi hormon tiroid sangat
hebat dapat menyebabkan naiknya kecepatan metabolisme basal sampai setinggi 60
sampai 100 persen di atas normal (Guyton & Hall: 1187).
Keadaan ini dapat
timbul secara spontan maupun sebagai akibat pemasukan hormon tiroid yang
berlebihan (Price & Wilson:337-338). Tiroksin dan triiodotironin berfungsi
meningkatkan kecepatan reaksi kimia dalam hampir semua sel tubuh, jadi
meningkatkan tingkat metabolisme tubuh umum. Kalsitonin berfungsi memacu
pengendapan kalsium di dalam tulang sehingga menurunkan konsentrasi tingkat
metabolisme tubuh umum. Fungsi hormon-hormon tiroid yang lain:
- Memegang
peranan penting dalam peetumbuhan fetus khususnya pertumbuhan saraf dan
tulang
- Mempertahankan
sekresi GH dan gonadotropin
- Efek
kronotropik dan inotropik terhadap jantung yaitu menambah kekuatan
kontraksi otot dan menambah irama jantung
- Merangsang
pembentukan sel darah merah
- Mempengaruhi
kekuatan dan ritme pernafasan sebagai kompensasi tubuh terhadap kebutuhan
oksigen akibat metabolism.
- Bereaksi
sebagai antagonis kalsium.
2.3
Etiologi Hipertiroid
Hipertiroidisme dapat
terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus.
Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai penurunan TSH
dan TRF karena umpan balik negatif TH terhadap pelepasan keduanya.
Hipertiroidisme akibat rnalfungsi hipofisis memberikan gambaran kadar TH dan
TSH yang finggi. TRF akan Tendah karena uinpan balik negatif dari HT dan TSH.
Hipertiroidisme akibat malfungsi hipotalamus akan memperlihatkan HT yang finggi
disertai TSH dan TRH yang berlebihan.
Beberapa penyakit yang
menyebabkan Hipertiroid yaitu :
2.3.1
Penyakit
Graves
Penyakit ini disebabkan
oleh kelenjar tiroid yang oberaktif dan merupakan penyebab hipertiroid yang
paling sering dijumpai. Penyakit ini biasanya turunan. Wanita 5 kali lebih
sering daripada pria. Di duga penyebabnya adalah penyakit autonoium, dimana
antibodi yang ditemukan dalam peredaran darah yaitu tyroid stimulating.
Immunogirobulin (TSI
antibodies), Thyroid peroksidase antibodies (TPO) dan TSH receptor antibodies
(TRAB). Pencetus kelainan ini adalah stres, merokok, radiasi, kelainan mata dan
kulit, penglihatan kabur, sensitif terhadap sinar, terasa seperti ada pasir di
mata, mata dapat menonjol keluar hingga double vision. Penyakit mata ini sering berjalan sendiri dan tidak
tergantung pada tinggi rendahnya hormon teorid. Gangguan kulit menyebabkan
kulit jadi merah, kehilangan rasa sakit, serta berkeringat banyak.
2.3.2
Toxic
Nodular Goiter
Benjolan leher akibat
pembesaran tiroid yang berbentuk biji padat, bisa satu atau banyak. Kata toxic berarti hipertiroid,
sedangkan nodule atau biji itu tidak terkontrol oleh TSH sehingga memproduksi
hormon tiroid yang berlebihan.
2.3.3
Minum
obat Hormon Tiroid berlebihan
Keadaan demikian tidak jarang terjadi, karena periksa laboratorium dan
kontrol ke dokter yang tidak teratur. Sehingga pasien terus minum obat tiroid,
ada pula orang yang minum hormon tiroid dengan tujuan menurunkan badan hingga
timbul efek samping.
2.3.4
Produksi
TSH yang Abnormal
Produksi TSH kelenjar
hipofisis dapat memproduksi TSH berlebihan, sehingga merangsang tiroid
mengeluarkan T3 dan T4 yang banyak.
2.3.5
Tiroiditis
(Radang kelenjar Tiroid)
Tiroiditis sering
terjadi pada ibu setelah melahirkan, disebut tiroiditis pasca persalinan,
dimana pada fase awal timbul keluhan hipertiorid, 2-3 bulan kemudian keluar
gejala hpotiroid.
2.3.6
Konsumsi
Yoidum Berlebihan
Bila konsumsi
berlebihan bisa menimbulkan hipertiroid, kelainan ini biasanya timbul apabila
sebelumnya si pasien memang sudah ada kelainan kelenjar tiroid.
Penyebab lain dari
hipertiroidisme yaitu :
1.
Struma nodusa
Struma endemis, biasanya
dalam bentuk struma nodusa terutama ditemukan didaerah pegunungan yang airnya
kurang yodium. Etiologi umumnya multifaktor, biasanya tiroid sudah mulai
membesar pada usia muda, awalnya difus, dan berkembang menjadi multinodular.
2.
Karsinoma tiroid
Karsinoma tiroid berasal
dari sel folikel tiroid. Keganasan tiroid dikelompokkan menjadi, karsinoma
tiroid berdiferensiasi baik, yaitu bentuk papiler, folikuler, atau campuran
keduanya.
2.4
Klasifikasi
Hipertiroid
Berdasarkan penyebabnya, hipertiroid dapat dibagi menjadi
3 yaitu :
2.4.1
Penyakit Graves
Penyebab
tersering penyakit hypertyroidisme adalah suatu penyakit autoimun yang biasanya
ditandai oleh produksi antibodi yang memiliki kerja mirip TSH pada kelenjar
tyroid. Dalam serum pasien ini ditemukan Antibodi Immunoglobulin (IgG). Anti
bodi ini agaknya bereaksi dengan reseptor TSH atau membran plasma tiroid.
Sebagai akibat interaksi ini antibodi tersebut dapat merangsang fungsi tiroid
tanpa tergantung dari TSH Hipofisis, yang dapat mengakibatkan hipertiroid.
Imunoglobulin yang merangsang tiroid ini (TSI) mungkin diakibatkan karena suatu
kelainan imunitas yang bersifat herediter yang memungkinkan kelompokan limfosit
tersebut bisa bertahan, berkembang biak dan mensekresi imunoglobulin stimulator
sebagai respon terhadap beberapa faktor perangsang.
Respon
imun yang sama agaknya bertanggung jawab atas oftalmopati yang ditemukan pada
pasien-pasien tersebut. Penyebab penyakit Graves
tidak diketahui, namun tampaknya terdapat predisposisigenetik terhadap penyakit
autoimun. Yang paling sering terkena adalah wanita berusia 20an sampai 30
tahun.
2.4.2
Gondok Noduler Toksik
Adalah
peningkatan ukuran kelenjar tyroid akibat peningkatan kebutuhan hormon tyroid,
yang terjadi selama periode pertumbuhan atau kebutuhan metabolik yang tinggi
pada pubertas atau kehamilan. Dalam hal ini peningkatan hormon tyroid
disebabkan oleh pengaktifan hypotalamus yang didorong oleh proses metabolisme
tubuh sehingga disertai oleh peningkatan TRH dan TSH. Apabila kebutuhan
berkurang, ukuran kelenjar tyroid kembali normal. Kadang terjadi perubahan yang
irreversibel dimana kelenjar tidak dapat mengecil. Kelenjar yang membesar
walaupun tidak selalu tetap memproduksi hormon tyroid dalam jumlah berlebihan.
Bila individu yang bersangkutan mengalami hypertyroid maka keadaan inilah yang
disebut Gondok Noduler Toksik.
2.4.3
Tirotoksikosis
Adalah
merupakan temuan klinis fisiologis dan biokimiawi yang dihasilkan saat jaringan
terpajan dan memberikan respon terhadap hormon tiroid yang berlebihan. Penyakit
ini mengarah pada pertahanan over produksi hormon oleh kelenjar tiroid itu
sendiri. Hiperfungsi kelenjar dihasilkan secara bervariasi dari sekresi TSH
yang berlebihan. Tirotoksikosis dibagi menjadi 2 yang pertama kelainan yang
disebabkan oleh hipertiroidisme dan kelainan yang tidak disebabkan hipertiroid
dan yang membedakan adalah dengan pemeriksaan RAIU (radioaktif iodin uptake).
Berdasarkan asal penyebabnya, penyakit hipertiroid dapat dibedakan menjadi
2, yaitu :
1.
Hipertiroid
Primer : Terjadinya hipertiroid karena berasal dari kelenjar tiroid itu sendiri,
contohnya :
ü Penyakit grave
ü Functioning adenoma
ü Toxic multinodular goiter
ü Tiroiditis
2.
Hipertiroid
Sekunder : Jika penyebab hipertiroid berasal dari luar kelenjar tiroid, contohnya
:
ü Tumor hipofisis
ü Pemberian hormone tiroid dalam jumlah besar
ü Pemasukan iodium berlebihan
Hipertiroidisme dapat
timbul spontan atau akibat asupan hormon tiroid yang berlebihan. Terdapat dua
tipe hipertiroidisme spontan yang paling sering dijumpai yaitu penyakit Graves
dan goiter nodular toksik.
Pada anak, hipertiroid
bisa dibedakan menjadi 2 jenis yaitu: hipertiroid bawaan (congenital) dan
hipertiroid yang didapat setelah lahir (acquired). Hipertiroid jarang ditemukan
pada bayi dan anak.
- Hipertiroid bawaan (congenital)
Hipertiroid kongenital
terjadi karena adanya tiro-toksikosis (keracunan tiroid yang berlebihan) pada
ibunya dan hanya ditemukan pada 1 dari 70 ibu dengan tirotoksikosis. Sedangkan
angka kejadian tirotoksikosis pada ibu hamil adalah 1-2 per 1.000 ibu hamil.
Jadi angka kejadian dari
bayi dengan hipertiroid kongenital adalah sekitar 1-2 dari 70.000 kelahiran.
Hipertiroid kongenital ini jarang terjadi, tetapi bila tidak diketahui dan bayi
tidak mendapat terapi, akibatnya bisa fatal.
- Hipertiroid yang didapat setelah lahir (acquired)
Pada hipertiroid yang
didapat setelah lahir (acquired), kejadiannya juga jarang. Biasanya,
hipertiroid didapat ini mengenai anak perempuan yang menginjak usia remaja dan
berhubungan dengan penyakit-penyakit autoimun seperti penyakit Grave dan
penyakit Hashimoto (hipotiroid autoimun) pada fase toksik akut.
2.5
Patofisiologi
Hipertiroid
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika.
Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai
tiga kali dari ukuran normal, disertai dengan banyak hiperplasia dan
lipatan-lipatan sel-sel folikel ke salam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini
lebih meningkat beberapa kali dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Juga, setiap
sel meningkatkan kecepatan 5-15 kali lebih besar dari pada normal.
Pada hipertiroidisme, konsentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu
yang “menyerupai” TSH, Biasanya bahan-bahan ini adalah antibody immunoglobulin
yang disebut TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin), yang berkaitan
dengan reseptor yang mengikat TSH. Bahan-bahan tersebut merangsang aktivasi
CAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme. Karena itu pada
pasien hipertiroidisme konsentrasi TSI meningkat. Bahan ini mempunyai efek
perangsangan yang panjang pada kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda
dengan efek TSH yang hanya berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon
tiroid yang disebabkan oleh TSI selanjutnya juga menekan pembentukan TSH oleh
kelenjar hipofisis anterior.
Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon hingga
diluar batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori
kelenjar tiroid membesar. Gejala klinis pasien yang sering berkeringat dan suka
hawa dingin termasuk akibat dari sifat hormon tiroid yang kalorigenik, akibat
peningkatan laju metabolisme tubuh yang diatas normal. Bahkan akibat proses
metabolisme yang menyimpang ini, terkadang penderita hipertiroidisme mengalami
kesulitan tidur.
Efek pada kepekaan sinaps saraf yang mengandung tonus otot sebagai akibat
dari hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya tremor otot yang halus dengan
frekuensi 10-15 kali perdetik, sehingga penderita mengalami gemetar tangan yang
abnormal. Nadi yang takikardia atau diatas normal juga merupakan salah satu
efek hormone tiroid pada system kardiovaskular. Eksopthalamus yang terjadi
merupakan reaksi inflamasi autoimun yang mengenai daerah jaringan periorbital
dan otot-otot ekstraokuler, akibatnya bola mata terdesak keluar.
Berikut merupakan pathway dari penyakit hipertiroid.
Tirotoksikosis
|
2.6
Manifestasi
klinis Hipertiroid
Penderita hipertiroidisme
yang sudah berkembang lebih jauh akan memperlihatkan kelompok tanda dan gejala
yang khas (yang kadang- kadang disebut tirotoksikosis) . Gejala yang sering
ditemukan pada penderita hipertiroid yakni :
a.
Umum :Berat
badan turun, keletihan, apatis, berkeringat, dan tidak tahan panas
b.
Kardiovaskuler ;Palpitasi,
sesak nafas, angina,gagal jantung, sinustakikardi, fibrilasi atrium, nadi
kolaps.
c.
Neuromuskular :
Gugup,gelisah, agitasi, tremor, koreoatetosis,psikosis, kelemahan otot, secara
emosional mudah terangsang (hipereksitabel), iritabel dan terus menerus merasa
khawatir, Serta tidak dapat duduk diam .
d.
Gastrointestinal
: penderita mengalami peningkatan selera makan dan konsumsi makanan,
penurunan berat badan yang progresif, kelelahan oto yang abnormal, perubahan
defekasi dengan konstipasi atau diare, serta muntah.
e.
Reproduksi :
Oligomenorea, infertilitas
f.
Kulit : warna
kulit penderita biasanya agak kemerahan (flushing) dengan warnah salmon yang
khas dan cenderung terasa hangat, lunak serta basah.. namun demikian, pasien
yang berusia lanjut mungkin kulitnya agak kering, tangan gemetarPruritus,
eritema Palmaris, miksedema pretibial, rambut tipis..
g.
Struma : Difus
dengan/tanpa bising, nodosa
h.
Mata : lakrimasi
meningkat,kemosis (edeme konjungtiva), proptosis, ulserasi
kornea,optalmoplegia, diplobia, edema pupil, penglihatan kabur.
2.6.1
Manifestasi Klinis Penyakit graves
Pada penyakit graves
terdapat 2 kelompok gambaran utama, tiroidal dan ekstratiroidal dan keduanya
mungkin tidak tampak. Ciri-ciri tiroidal berupa goiter akibat hiperplasia
kelenjar tiroid dan hipertiroidisme berupa manifestasi hipermetabolisme dan
aktifitas simpatis yang berlebihan. Pasien mengeluh lelah, gemetar, tidak tahan
panas, keringat semakin banyak bila panas, kulit lembab, berat badan menurun,
nafsu makan meningkat, palpitasi, takhikardi, diare dan kelemahan serta atrofi
otot.
Pada ekstratiroidal berupa
oftalmopati dan infiltrasi kulit lokal yang biasanya pada tungkai bawah.
Oftalmopati yang ditemukan pada 50% sampai 80% pasien ditandai oleh mata
melotot, fisura palpebra melebar, kedipan berkurang, lid lag (keterlambatan
kelopak mata dalam mengikuti gerakan mata) dan kegagalan konvergensi. Jaringan
orbita dan otot-otot mata diinfiltrasi oleh limfosit, sel mast dan se-sel
plasma yang mengakibatkan eksoftalmoa (proposis bola mata), okulopati kongestif
dan kelemahan gerakan ekstraokuler (Price,1995).
2.6.2
Manifestasi Klinis Penyakit Goiter nodular toksik
Pada
pasien-pasien ini hipertiroidisme timbul secara lambat dan manifestasi
klinisnya lebih ringan daripada penyakit Graves. Penderita mungkin mengalami
aritmia dan gagal jantung yang resisten terhadap terapi digitalis. Penderita
dapat pula memperlihatkan bukti-bukti penurunan berat badan, lemah dan
pengecilan otot. Biasanya ditemukan goiter multinoduler pada pasien-pasien
tersebut yang berbeda dengan pembesaran tiroid difus pada penyakit Graves . Penderita mungkin memperlihatkan tanda-tanda mata
(melotot, pelebaran fisura palpebra, kedipan berkurang) akibat aktifitas
simpatis yang berlebihan. Meskipun demikian, tidak ada manifestasi dramatis
infiltratif seperti yang terlihat pada penyakit Graves. Goiter nodular toksik,
lebih sering ditemukan pada pasien lanjut usia sebagai komplikasi goiter
nodular kronik, manifestasinya lebih ringan dari penyakit Graves (Schteingart,
2006).
2.6.3
Manifestasi Klinis Tirotoksikosis
Manifestasi
yang sering ditemukan meliputi kegelisahan, labilitas emosi, tidak dapat tidur,
tremor, pergerakan usus yang sering, keringat yang berlebihan dan intoleransi
terhadap panas. Kehilangan berat badan bisa terjadi jika ada prnurunan nafsu
makan, kelemahan otot proksimal. Pada perempuan pramenopause terjadi oligomenore
dan amenore. Tanda okuler meliputi pandangan membelalak yang khas dengan fisura
palpebra yang melebar, pengejapan mata yang jarang, kelelahan kelopak mata dan
kegagalan mengernyitkan alis pada pandangan ke atas. Dispnea, palpitasi dan
anginapektoris atau kegagalan jantung bisa terjadi. Gejala neurologik
mendominasi gambaran klinis pada individu yang lebih muda sedangkan gejala
kardiovaskuler dan miopati menonjol pada pasien yang lebih tua.
Diagnosa bergantung kepada beberapa hormon berikut ini:
a. Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT
(T3 dan T4), TSH, dan TRH
akan
memastikan diagnosis keadaan dan
lokalisasi masalah di tingkat
susunan
saraf pusat atau kelenjar tiroid.
b. TSH (Tiroid Stimulating Hormone)
c. Bebas T4 (tiroksin)
d. Bebas T3 (triiodotironin)
e. Diagnosa juga boleh dibuat menggunakan
ultrasound untuk memastikan pembesaran kelenjar tiroid
f. Hipertiroidisme dapat disertai penurunan
kadar lemak serum
g. Penurunan kepekaan terhadap insulin,
yang dapat menyebabkan hiperglikemia.
2.7.1
T 4 Serum
Tes
yang paling sering dilakukan adalah penentuan T4 serum dengan teknik radio
immune assay atau peningkatan kompetitif. Kisaran T4 dalam serum yang normal
berada diantara 4,5 dan 11,5 mg/dl (58,5 hingga 150 nmol/L). T4 Terikat
terutama dengan TBG dan prealbumin : T3 terikat lebih longgar. T4 normalnya
terikat dengan protein. Setiap factor yang mengubah protein pangikat ini juga
akan mengubah kadar T4.
2.7.2
T 3 Serum
T3
serum mengukur kandungan T3 bebas dan terikat, atau total T3 total, dalam
serum. Sekresinya terjadi sebagai respon terhadap sekresi TSH dan T4 . Meskipun
kadar T3 dan T4 serum umumnya
meningkat atau menurun secara bersama-sama, namun
kadar T4 tampaknya merupakan tanda yang
akurat untuk menunjukan adanya hipertiroidisme, yang menyebabkan
kenaikan kadar T4 lebih besar daripada kadar T3. Batas-batas normal untuk T3 serum adalah 70 hingga 220 mg/dl (1,15 hingga
3,10nmol/L)
2.7.3
Tes T3 Ambilan Resin
Tes T3 ambilan resin merupakan pemeriksaan untuk mengukur secara
tidak langsung kaar TBG tidak-jenuh. Tujuannya adalah untuk menentukan
jumlah hormone tiroid yang terikat dengan TBG dan jumlah tempat pengikatan yang
ada.Pemeriksaan ini, menghasilkan indeks jumlah hormone tiroid yang sudah ada
dalam sirkulasi darah pasien. Normalnya, TBG tidak sepenuhnya jenuh dengan
hormone tiroid dan masih terdapat tempat-tempat kosong untuk mengikat T3 berlabel-radioiodium,
yang ditambahkan ke dalam specimen darah pasien. Nilai ambilan T3 yang
normal adalah 25% hingga 35% yang menunjukan bahwa kurang lebih seper tiga dari
tempat yang ada paa TBG sudah ditempati oleh hormone tiroid.
Jika jumlah tempat kosong rendah, seperti pada hipertiroidisme, maka ambilan T3
lebih besar dari 35%
2.7.4
Tes TSH (Thyroid Stimulating Hormone)
Sekresi T3 dan T4 oleh kelenjar tiroid dikendalikan
hormone stimulasi tiroid (TSH atau tirotropin) dari kelenjar hipofisis
anterior. Pengukuran konsentrasi TSH serum sangat penting artinya dalam
menegakkan diagnosis serta penatalaksanaan kelainan tiroid dan untuk
membedakan kelainan yang disebabkan oleh penyakit pada kelenjar tiroid sendiri
dengan kelainan yang disebabkan oleh penyakit pada hipofisis atau hipotalamus.
Kadar TSH dapat diukur dengan assay radio imunometrik, nilai normal dengan
assay generasi ketiga, berkisar dari 0,02 hingga 5,0 μU/ml.
Kadar
TSH sensitif dan dapat dipercaya sebagai indikator fungsi tiroid. Kadar akan berada dibawah normal pada pasien dengan
peningkatan autonom pada fungsi tiroid (penyakit graves, hiperfungsi nodul
tiroid).
2.7.5
Tes Thyrotropin Releasing Hormone
Tes
Stimulasi TRH merupakan cara langsung untuk memeriksa cadangan TSH di
hipofisis dan akan sangat berguna apabila hasil tes T3 dan T4 tidak
dapat dianalisa. Pasien diminta berpuasa pada malam harinya. Tiga puluh
menit sebelum dan sesudah penyuntikan TRH secara intravena, sampel darah
diambil untuk mengukur kadar TSH. Sebelum tes dilakukan, kepada pasien
harus diingatka bahwa penyuntikan TRH secara intravena dapat menyebabkan
kemerahan pada wajah yang bersifat temporer, mual, atau keinginan untuk buang
air kecil.
2.7.6
Tiroglobulin
Tiroglobulin
merupakan precursor untuk T3 dan T4 dapat diukur kadarnya dalam serum dengan hasil
yang bisa diandalkan melalui pemeriksaaan radioimmuno assay.
Faktor-faktor yang meningkatkan atau menurunkan aktivitas kelenjar tiroid dan
sekresi T3 serta T4 memiliki efek yang serupa terhadap sintesis dan sekresi
tiroglobulin. Kadar tiroglobulin meningkat pada karsinoma tiroid,
hipertiroidisme dan tiroiditis subakut. Kadar tiroglobulin juga dapat akan
meningkat pada keadaan fisiologik normal seperti kehamilan.
2.7.7
Ambilan Iodium Radioaktif
Tes
ambilan iodium radioaktif dilakukan untuk mengukur
kecepatan pengambilan iodium oleh kelenjar tiroid. Kepada pasien disuntikan atau
radionuklida lainnya dengan dosis tracer, dan pengukuran pada tiroid dilakukan
dengan alat pencacah skintilas (scintillation counter) yang akan mendeteksi
serta menghitung sinar gamma yang dilepaskan dari hasil penguraian dalam
kelenjar tiroid.
Tes
ini mengukur proporsi dosis iodium radioaktif yang diberikan yang terdapat
dalam kelenjar tiroid pada waktu tertentu sesudah pemberiannya. Tes ambilan
iodium-radioaktif merupakan pemeriksaan sederhana dan memberikanhasil yang
dapat diandalkan.Penderita hipertiroidisme akan mengalami penumpukan dalam
proporsi yang tinggi (mencapai 90% pada sebagian pasien).
2.7.8
Pemindai Radio atau Pemindai Skintilasi Tiroid
Serupa
dengan tes ambilan iodium radioaktif dalam pemindaian tiroid digunakan alat
detector skintilasi dengan focus kuat yang digerakkan maju mundur dalam
suatu rangkaian jalur parallel dan secara
progresif kemudian digerakkan kebawah. Pada saat yang bersamaan, alat
pencetak merekam suatu tanda ketika telah tercapai suatu jumlah
hitungan yang ditentukan sebelumnya.
Teknik
ini akan menghasilkan gambar visual yang menentukan lokasi radioaktivitas di
daerah yang dipindai. Meskipun I 131 merupakan isotop yang paling sering
digunakan, beberapa isotop iodium lainnya yang mencakup Tc9m
(sodium pertechnetate) dan
isotop radioaktif lainnya (thalium serta americum) digunakan
dibeberapa laboratorium karena sifat-sifat fisik dan biokimianya memungkinkan
untuk pemberian radiasi dengan dosis rendah.
Pemindaian
sangat membantu dalam menemukan lokasi, ukuran, bentuk
dan fungsi anatomic kelenjar tiroid. Khususnya jaringan tiroid tersebut terletak substernal
atau berukuran besar. Identifikasi daerah yang mengalami
peningkatan fungsi (hot area) atau penurunan fungsi (cold area) dapat membantu dalam
menegakkan diagnosis. Meskipun sebagian besar daerah yang mengalami penurunan fungsi tidak menunjukkan kelainan malignitas, defisiensi fungsi akan
meningkatnya kemungkinan terjadinya keganasan terutama jika hanya
terdapat satu daerah yang tidak berfungsi.
Pemindaian
terhadap keseluruhan tubuh (whole body CT scan) yang diperlukan untuk
memperoleh profil seluruh tubuh dapat dilakukan untuk mencari metastasis
malignitas pada kelenjar tiroid yang masih berfungsi.
2.7.9
Ultrasonografi
Pemeriksaan
ini dapat membantu membedakan kelainan kistik atau solid padatiroid. Kelainan
solid lebih sering disebabkan keganasan dibanding dengan kelainankistik. Tetapi
kelainan kistik pun dapat disebabkan keganasan meskipun kemungkinannya
lebih kecil.
Pemeriksaan
radiologik di daerah leher Karsinoma tiroid kadang-kadang disertai perkapuran.
Ini sebagai tanda yangboleh dipegang.
2.7.10 Pemeriksaan Penunjang
Untuk
menegakkan diagnosa, perlu dilakukan pemeriksaan tentang ada atau tidaknya pembesaran di daerah leher dan
tes darah. Dalam tes darah, bila kadar
thyroxine stimulating hormone (TSH) melebihi 20 mikro-unit per liter, berarti
pasien terkena hipertiroid. Normalnya, kadar TSH 1-5 mikro-unit per
liter.
Mengenai
benjolan, perlu diperhatikan bagaimana benjolannya, sebab pada penyakit gondok
(hipotiroid), juga terdapat benjolan. Hanya saja pembesaran di sekitar
leher pada penyakit gondok tak merata, yaitu biasanya di bagian depan leher,
sedangkan pada hipertiroid, pembesaran yang terjadi merata di sekitar leher
sehingga kurang kelihatan.
2.8
Komplikasi
Komplikasi tiroid
adalah suatu aktivitas yang sangat berlebihan dari kelenjar tiroid, yang
terjadi secara tiba-tiba. Badal tiroid bisa menyebabkan :
1.
Demam, kegelisahan, perubahan suasana
hati, kebingungan
2.
Kelemahan
dan pengisutan otot yang luar biasa
3.
Perubahan
kesadaran (bahkan sampai terjadi koma)
4.
Pembesaran
hati disertai penyakit kuning yang
ringan
Badal tiroid merupakan suatu keadaan darurat yang sangat berbahaya dan
memerlukan tindakan segera. Tekanan yang berat pada jantung bisa menyebabkan
ketidakteraturan irama jantung yang bisa berakibat fatal (aritmia) dan syok.
Badal tiroid biasanya terjadi karena hipertiroid tidak diobati atau karena
pengobatan yang tidak adekuat dan bisa dipicu oleh :
-
Infeksi
-
Pembedahan
-
Stress
|
-
Diabetes yang kurang terkendali
-
Ketakutan
-
Kehamilan atau persalinan
|
Komplikasi hipertiroidisme yang dapat mengancam nyawa adalah krisis tirotoksik
(thyroid storm). Hal ini dapat berkernbang secara spontan pada pasien
hipertiroid yang menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid, atau
terjadi pada pasien hipertiroid yang tidak terdiagnosis. Akibatnya adalah
pelepasan TH dalam jumlah yang sangat besar yang menyebabkan takikardia,
agitasi, tremor, hipertermia (sampai 106 oF), dan, apabila tidak diobati,
kematian Penyakit jantung Hipertiroid, oftalmopati Graves, dermopati Graves,
infeksi.
2.9
Prognosis
Mortalitas krisis tiroid dengan pengobatan adekuat
adalah 10-15% (Rani., et.al.,2006).
Individu dengan tes fungsi tiroid normal-tinggi,
hipertiroidisme subklinis, dan hipertiroidisme klinis akan meningkatkan risiko
atrium fibrilasi. Hipertiroidisme juga berhubungan dengan peningkatan risiko
gagal jantung (6% dari pasien), yang mungkin menjadi sekunder untuk atrium
fibrilasi atau takikardia yang dimediasi cardiomyopathy. Gagal jantung biasanya
reversibel bila hipertiroidisme diterapi. Pasien dengan hipertiroidisme juga
berisiko untuk hipertensi paru sekunder peningkatan cardiac output dan
penurunan resistensi vaskuler paru.
Pada pasien dengan penyakit jantung yang sudah ada
sebelumnya, hipertiroidisme meningkatkan risiko kematian (rasio hazard [HR] =
1,57), dan bahkan mungkin pada pasien tanpa jantung. Hal ini juga meningkatkan
risiko stroke iskemik (HR = 1,44) antara dewasa usia 18 sampai 44 years.
Hipertiroidisme tidak diobati juga berpengaruh terhadap kepadatan mineral
tulang yang rendah dan meningkatkan risiko fraktur pinggul (Gandhour and Reust,
2011).
2.10
Penatalaksanaan
Medis
2.10.1
Terapi Farmakologi
Tujuan pengobatan hipertiroidisme adalah membatasi
produksi hormon tiroid yang berlebihan dengan cara menekan produksi (obat
antitiroid) atau merusak jaringan tiroid (yodium radioaktif, tiroidektomi subtotal).
Obat antitiroid, digunakan dengan indikasi:
ü Terapi untuk memperpanjang remisi atau mendapatkan
remisi yang menetap, pada pasien muda dengan struma ringan sampai sedang
dan tirotoksikusis
ü Obat untuk mengontrol tirotoksikosis pada fase seblum
pengobatan, atau sesudah pengobatan pada pasien yg mendapt yodium radioaktif
ü Persiapan tiroidektomi
ü Pengobatan pasien hamil dan orang lanjut usia
ü Pasien dengan krises tiroid
Pada pasien hamil biasanya diberikan propiltiourasil dengan dosis serendah
mungkin yaitu 200 mg/hari atau lebih lagi. Hipertiroidisme kerap kali sembuh
spontan pada kehamilan tua sehingga propiltiourasil dihentikan. Obat-obat
tambahan sebaiknya tidak diberikan karena T4, yang dapat melewati plasenta
hanya sedikit sekali dan tidak dal mencegah hipotiroidisme pada bayi yang baru
lahir. Pada masa laktasi juga diberikan propiltiourasil karena hanya sedik:it
sekali yang keluar dari air susu ibu. Dosis ya; dipakai 100-150 mg tiap 8 jam:
Setelah pasien eutiroid, secara Minis dan laboratorim dosis diturunkan dan
dipertahankan menjadi 2 x 50 mg/hari. Kadar T4 dipertahank pada batas atas
normal dengan dosis propiltiaurasil
Ada 3 macam obat yang di berikan pada penderita hipertiroidisme, yaitu anti
tiroid yang bias menekan sintesis hormone tiroid, iodides untuk menghindari
keluarnya hormone tiroid, dan antagonis tiroid. Antagonis tiroid adala penyekat
beta- adrenergic dan antagonis kalsium yang menghalangi efek hormone tiroid
dalam sel tubuh.
Obat-obat
antitiroid selain yang disebutkan di atas adalah:
1.
Carbimazole
(karbimasol)
Berkhasiat
dapat mengurangi produksi hormon tiroid. Mula-mula dosisnya bisa sampai 3-8
tablet sehari, tetapi bila sudah stabil bisa cukup 1-3 tablet saja sehari. Obat
ini cukup baik untuk penyakit hipertiroid. Efek sampingnya yang agak serius
adalah turunnya produksi sel darah putih (agranulositosis) dan gangguan pada
fungsi hati. Ciri-ciri agranulositosis adalah sering sakit tenggorokan yang tidak sembuh-sembuh dan juga mudah terkena infeksi
serta demam. Sedangkan ciri-ciri gangguan fungsi hati adalah rasa mual, muntah,
dan sakit pada perut sebelah kanan, serta timbulnya warna kuning pada bagian
putih mata, kuku, dan kulit.
2.
Kalmethasone
(mengandung zat aktif deksametason)
Merupakan
obat hormon kortikosteroid yang umumnya dipakai sebagai obat anti peradangan. Obat ini dapat digunakan untuk menghilangkan peradangan di kelenjar tiroid (thyroiditis).
3.
Artane (dengan zat
aktif triheksilfenidil)
Obat ini
sebenarnya obat anti parkinson, yang dipakai untuk mengatasi gejala-gejala parkinson, seperti gerakan badan yang kaku, tangan yang gemetar dan
sebagainya. Di dalam pengobatan hipertiroid, obat ini
dipakai untuk mengobati tangan gemetar dan denyut jantung yang meningkat. Namun
penggunaan obat ini pada pasien dengan penyakit hipertiroid harus berhati-hati,
bahkan sebaiknya tidak digunakan pada pasien dengan denyut jantung yang cepat
(takikardia). Pada pasien yang denyut nadinya terlalu cepat (lebih dari 120
kali per menit) dan tangan gemetar biasanya diberi obat lain yaitu propranolol,
atenolol, ataupun verapamil.
Obat
|
Dosis awal (mg/hari)
|
Pemeriksaan (mg/hari)
|
-
Karbimatol
-
Metimazol
-
Propiltiourasil
|
30 – 60
30 – 60
300 – 600
|
5 – 20
5 – 20
50 – 200
|
2.10.2
Pengobatan Tambahan
- Sekat
β-adrenergik
Obat
ini diberikan untuk mengurangi gejala dan tanda hipertiroid. Dosis diberikan
40-200 mg/hari yang dibagi atas 4 dosis. Pada orang lanjut usia diberik 10 mg/6
jam.
- Yodium
Yodium terutama digunakan untuk persiapan operasi.
Sesudah pengobatan dengan yodium radiaktif dan pada krisis tiroid. Biasanya
diberikan pada dosis 100-300 mg/hari.
- Ipodat
Ipodat
kerjanya lebih cepat dan sangat baik digunakan pada keadaan akut seperti krisis
tiroid kerja padat adalah menurunkan konversi T4 menjadi T3 diperifer,
mengurangi sintesis hormon tiroid, serta mengurangi pengeluaran hormon dari
tiroid.
- Litium
Litium
mempunyai daya kerja seperti yodium, namun tidak jelas
keuntungannya
dibandingkan dengan yodium. Litium
dapat digunakan pada pasien dengan krisis tiroid alergi terhadap yodium.
2.10.3
Terapi Lain
Adapun pengobatan alternatif
untuk hipertiroid adalah mengkonsumsi bekatul. Para ahli menemukan bahwa dalam
bekatul terdapat kandungan vitamin B15, yang
berkhasiat untuk menyempurnakan proses metabolisme di dalam tubuh kita.
Selain
hipertiroid, vitamin B15 juga dapat digunakan untuk mengobati kencing manis (diabetes melitus), tekanan darah tinggi
(hipertensi), bengek (asma), kolesterol dan gangguan aliran pembuluh darah jantung (coronair insufficiency), serta penyakit hati. Selain itu, vitamin B15 juga dapat meningkatkan pengambilan
oksigen di dalam otak, menambah sirkulasi darah perifer dan oksigenisasi
jaringan otot jantung.
2.10.4
Terapi Iodium Radioaktif
Terapi RAI dengan IODIN – 131 sering dipakai karena dapat di berikan kepada
pasien yang berobat jalan. Dan juga lebih aman bagi pasien yang yang bias
menjadi rsiko tinggi utuk pembedahan, terutama yang lansia.perbaikannya lebih
cepat tampak dari pada obat antitiroid.
Indikasi pengobatan dengan yodium radiaktif diberikan pada :
a.
Pasien umur 35 tahun atau lebih
b.
Hipertiroid yang kambuh sesudah di
operasi
c.
Gagal mencapai remisi sesudah pemberian
obat antitiroid
d.
Tidak
mampu atau tidak mau pengobatan dengan obat antitiroid
e.
Adenoma toksik, goiter multinodular
toksik
2.10.5
Operasi Tiroidektomi
Subtotal
Tiroidektomi
subtotal efektif untuk mengatasi hipertiroid. Indikasi operasi adalah :
a.
Pasien
umur muda dengan struma besar serta tidak berespons terhadap obat antitiroid
b.
Pada
wanita hamil (trimester kedua) yang
memerlukan obat antitiroid dosis besar
c.
Alergi
terhadap obat antitiroid, pasien tidak dapat menerima yodium radioaktif.
d.
Adenoma
toksik atau strauma multinodular toksik
e.
Pada
penyakit graves yang berhubungan dengan satu atau lebih nodul
Sebelum operasi biasanya pasien diberi obat antitiroid sampai eutitiroid
sampai eutiroid kemudian diberi cairan kalium yodida 100-200 mg/hari atau
cairan lugol 10-14 tetes/ hari selama 10 hari sebelum dioperasi untuk
mengurangi vaskularisasi pada kelenjar tiroid.
2.10.6
Radiasi
Berikut kewaspadaan teradap terapi radiasi RAI
a.
Siram air toilet
yang banyak setelah memakainya
b.
Tingkatkan
asupan air untuk membantu eksresi RAI
c.
Alat
makan,handuk,seprei harus tersendiri dan harus dicuci sendiri
d.
Tidur sendirian
e.
Hindari kontak
badan yang lama
f.
Jangan menyusui
bayi
g.
Tunda kehamilan
6 bulan setelah terapi
2.10.7
Diet
Karena kebutuhan makanan meningkat maka
asupan
nutrisi dan kalori
perlu di tingkatkan dan di atur pola makannya.
2.10.8
Aktivitas
Penderita hipertiroidisme memerlukan tirah baring komplit dan perawatan di
unit intensif.
BAB
3
TINJAUAN
KASUS
3.1
Asuhan Keperawatan Pada
Pasien dengan Hipertiroid
3.1.1
Pengkajian
- Aktivitas atau istirahat
Gejala : Imsomnia, sensitivitas meningkat, Otot
lemah,gangguan koordinasi, kelelahan berat
Tanda : Atrofi otot
- Sirkulasi
Gejala : Palpitasi, nyeri dada (angina)
Tanda : Distritmia (vibrilasi atrium), irama gallop,
murmur, peningkatan tekanan darah dengan tekanan nada yang berat. Takikardia
saat istirahat, sirkulasi kolaps, syok (krisis tirotoksikosis)
- Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria, nocturia),
rasa nyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), infeksi saluran kemih
berulang, nyeri tekan abdomen, diare, urine encer, pucat, kuning, poliuria
(dapat berkembang menjadi oliguria atau anuria jika terjadi hipovolemia berat),
urine berkabut, bau busuk (infeksi), bising usus lemah dan menurun, hiperaktif
(diare).
- Integritas / Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah
finansial yang berhubungan dengan kondisi.
Tanda : Ansietas peka rangsang
- Makanan / Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual atau muntah, tidak
mengikuti diet, peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat
badan lebih dari periode beberapa hari/minggu, haus, penggunaan diuretik
(tiazid)
Tanda : Kulit kering atau bersisik, muntah, pembesaran
thyroid (peningkatan
kebutuhan metabolisme dengan pengingkatan gula darah), bau halitosis atau
manis, bau buah (napas aseton)
kebutuhan metabolisme dengan pengingkatan gula darah), bau halitosis atau
manis, bau buah (napas aseton)
- Neurosensori
Gejala : Pusing atau pening, sakit kepala kesemutan,
kelemahan pada otot parasetia, gangguan penglihatan.
Tanda : Disorientasi, mengantuk, lethargi, stupor atau
koma (tahap lanjut), gangguan memori baru masa lalu ) kacau mental.
Refleks tendon dalam (RTD menurun;koma), aktivitas kejang ( tahap lanjut dari
DKA).
- Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang atau nyeri (sedang /
berat), wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati.
- Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan /
tanpa sputum purulen (tergantung adanya infeksi atau tidak)
Tanda : sesak napas, batuk dengan atau tanpa sputum
purulen (infeksi), frekuensi pernapasan meningkat
- Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda : Demam, diaforesis, kulit rusak, lesi atau
ulserasi, menurunnya kekuatan umum/rentang gerak, parastesia atau paralysis
otot termasuk otot pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam)
- Seksualitas
Gejala : Rabas wanita ( cenderung infeksi ), masalah
impotent pada pria.
Tanda : Glukosa darah meningkat 100-200 mg/ dl atau
lebih, aseton plasma positif secara mencolok, asam lemak bebas kadar lipid
dengan kolosterol meningkat.
3.1.2
Pemeriksaan Fisik
- Pernafasan
B1 (breath)
Sirkulasi kolaps, syok (krisis
tirotoksikosis), frekuensi pernafasan meningkat, dispneu,dan edema paru.
- Kardiovaskular
B2 (blood)
Hipertensi, aritmia, palpitasi, gagal
jantung, limfositosis, anemia, splenomegali, leher membesar
- Persyarafan
B3 (brain)
Bicaranya cepat dan parau, gangguan
status mental dan perilaku, seperti: bingung, disorientasi, gelisah, peka
rangsang, delirium,psikosis, stupor, koma, tremor halus pada tangan, tanpa
tujuan, beberapa bagian tersentak – sentak, hiperaktif refleks tendon dalam
(RTD).
- Perkemihan
B4 (bladder)
Oligomenorea, amenorea, libido turun,
infertil, ginekomasti
- Pencernaan
B5 (bowel)
Kehilangan berat badan yang mendadak,
nafsu makan meningkat, makan banyak, makannya sering, kehausan, mual dan
muntah.
- Muskuloskeletal/integument
B6 (bone)
Rasa lemah, kelelahan
3.1.3
Diagnosa
Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada klien
yang mengalami hipertiroidisme adalah sebagai berikut :
a.
Risiko tinggi
terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak
terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung.
b.
Kelelahan
berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi.
c.
Risiko tinggi
terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan
metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan penurunan berat badan).
d.
Risiko tinggi
terhadap kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan mekanisme
perlindungan dari mata: kerusakan penutupan kelopak mata/eksoftalmus.
e.
Ansietas
berhubungan dengan faktor fisiologis: status hipermetabolik.
f.
Kurang
pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan tidak mengenal sumber informasi.
g.
Risiko tinggi
perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologik, peningkatan
stimulasi SSP/mempercepat aktifitas mental, perubahan pola tidur.
3.1.4
Intervensi
Keperawatan
- Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung
berhubungan dengan hipertiroid tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme,
peningkatan beban kerja jantung.
Tujuan : Klien akan mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan kriteria hasil :
ü Nadi perifer dapat teraba normal
ü Vital sign dalam batas normal.
ü Pengisian kapiler normal
ü Status mental baik
ü Tidak ada disritmia
Intervensi :
1)
Pantau tekanan
darah pada posisi baring, duduk dan berdiri jika memungkinkan. Perhatikan
besarnya tekanan nadi.
Rasional : Hipotensi umum atau ortostatik dapat
terjadi sebagai akibat dari vasodilatasi perifer yang berlebihan dan penurunan
volume sirkulasi
2)
Periksa
kemungkinan adanya nyeri dada atau angina yang dikeluhkan
pasien.
pasien.
Rasional : Merupakan tanda adanya peningkatan
kebutuhan oksigen oleh otot
jantung atau iskemia
3)
Auskultasi suara
nafas, perhatikan adanya suara yang tidak normal (seperti krekels)
Rasional : Murmur yang menonjol berhubungan dengan
curah jantung meningkat pada keadaan hipermetabolik
4)
Observasi tanda
dan gejala haus yang hebat,mukosa membran kering, nadi lemah, penurunan produksi urine dan hipotensi
Rasional : Dehidrasi yang cepat dapat terjadi yang
akan menurunkan volume sirkulasi dan menurunkan curah jantung
5)
Catat masukan
dan keluaran
Rasional : Kehilangan cairan yang terlalu banyak dapat
menimbulkan dehidrasi berat
- Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik
dengan peningkatan kebutuhan energi.
Tujuan : Klien
akan mengungkapkan secara verbal tentang peningkatan tingkat energi.
Kiteria Hasil :
ü Klien mengatakan tidak lelah dan merasa tenang.
ü Aktifitas klien sehari – hari terpenuhi.
Intervensi :
1)
Pantau tanda
vital dan catat nadi baik istirahat maupun saat aktivitas.
Rasional : Nadi secara luas meningkat dan bahkan istirahat, takikardia mungkin ditemukan
Rasional : Nadi secara luas meningkat dan bahkan istirahat, takikardia mungkin ditemukan
2)
Ciptakan
lingkungan yang tenang
Rasional : Menurunkan stimulasi yang kemungkinan besar
dapat menimbulkan agitasi, hiperaktif dan insomnia.
3)
Sarankan pasien
untuk mengurangi aktivitas
Rasional : Membantu melawan pengaruh dari peningkatan
metabolism
4)
Berikan tindakan
yang membuat pasien merasa nyaman seperti massase
Rasional : Meningkatkan relaksasi
- Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan metabolisme (peningkatan
nafsu makan/pemasukan dengan penurunan berat badan)
Tujuan : Klien akan menunjukkan berat badan stabil dengan kriteria :
ü Nafsu makan baik.
ü Berat badan normal
ü Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
Intervensi :
1)
Catat adanya
anoreksia, mual dan muntah
Rasional : Peningkatan
aktivitas adrenergic dapat menyebabkan
gangguan sekresi insulin/terjadi resisten yang
mengakibatkan hiperglikemia
2)
Pantau masukan
makanan setiap hari, timbang berat badan setiap hari
Rasional : Penurunan berat badan terus menerus dalam
keadaan masukan kalori yang cukup merupakan indikasi kegagalan terhadap terapi
antitiroid
3)
Kolaborasi untuk
pemberian diet tinggi kalori, protein, karbohidrat dan vitamin
Rasional : Mungkin memerlukan bantuan untuk menjamin
pemasukan zat-zat makanan yang adekuat dan mengidentifikasi makanan pengganti
yang sesuai.
- Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas
jaringan berhubungan dengan
perubahan mekanisme perlindungan dari mata: kerusakan penutupan kelopak mata/eksoftalmus
Tujuan : Klien akan mempertahankan kelembaban membran
mukosa mata, terbebas dari ulkus.
Kiteria Hasil :
Klien mampu mengidentifikasi tindakan untuk memberikan
perlindungan pada mata dan pencegahan komplikasi.
Intervensi :
1)
Observasi adanya
edema periorbital
Rasional : Stimulasi umum dari stimulasi adrenergik
yang berlebihan
2)
Evaluasi
ketajaman mata
Rasional : Oftalmopati infiltratif adalah akibat dari
peningkatan jaringan retroorbita
3)
Anjurkan pasien
menggunakan kaca mata gelap
Rasional : Melindungi kerusakan kornea
4)
Bagian kepala
tempat tidur ditinggikan.
Rasional : Menurunkan edema jaringan bila ada
komplikasi
- Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis:
status hipermetabolik
Tujuan : Klien akan melaporkan ansietas berkurang
sampai tingkat dapat diatasi dengan kriteria hasil:
ü Klien tampak rileks
ü Klien pelaporkan ansietas berkurang sampai pada
tingkat yang dapat diatasi
ü Klien mampu mnegidentifikasi cara hidup yang sehat
untuk membagikan perasaanya.
Intervensi :
1)
Observasi
tingkah laku yang menunjukkan tingkat ansietas
Rasional : Ansietas ringan dapat ditunjukkan dengan
peka rangsang dan
insomnia
insomnia
2)
Bicara singkat
dengan kata yang sederhana
Rasional : Rentang perhatian mungkin menjadi pendek,konsentrasi
berkurang, yang membatasi kemampuan untuk mengasimilasi informasi
3)
Jelaskan
prosedur tindakan
Rasional : Memberikan informasi yang akurat yang dapat
menurunkan kesalahan interpretasi.
4)
Kurangi
stimulasi dari luar
Rasional : Menciptakan lingkungan yang terapeutik.
- Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis
dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber
informasi
Tujuan : Klien akan melaporkan pemahaman tentang
penyakitnya.
Kriteria hasil :
ü Klien mengungkapkan pemahaman tentang penyakit dan
pengobatannya
ü Klien mengidentifikasi hubungan antara tanda dan
gejala pada proses penyakit dan hubungan gejala dengan faktor penyebabnya
ü Klien memulai perubahan pola hidup yang penting dan
berpartisipasi dalam tindakan pengobatan
Intervensi :
1)
Tinjau ulang
proses penyakit dan harapan masa depan
Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien
dapat menentukan pilihan berdasarkan informasi
2)
Berikan
informasi yang tepat
Rasional : Berat ringannya keadaan, penyebab, usia dan
komplikasi yang muncul akan menentukan tindakan pengobatan.
3)
Identifikasi
sumber stress
Rasional : Faktor psikogenik seringkali sangat penting
dalam memunculkan/eksaserbasi dari penyakit ini
4)
Tekankan
pentingnya perencanaan waktu istirahat
Rasional : Mencegah munculnya kelelahan
5)
Berikan
informasi tanda dan gejala dari hipotiroid
Rasional : Pasien yang mendapat pengobatan hipertiroid
besar kemungkinan mengalami hipotiroid yang dapat terjadi segera setelah
pengobatan selama 5 tahun kedepan
- Risiko tinggi perubahan proses pikir berhubungan
dengan perubahan fisiologik, peningkatan stimulasi SSP/mempercepat
aktifitas mental, perubahan pola tidur
Tujuan : Mempertahankan orientasi realitas umumnya,
mengenali perubahan dalam berpikir/berprilaku dan faktor penyebab.
Kiteria Hasil :
ü Klien dapat mempertahankan orientasi realita umumnya
ü Klien mengenali perubahan dalam berfikir/perilaku dan
faktor penyebab
Intervensi :
1)
Kaji proses
pikir pasien seperti memori, rentang perhatian, orientasi terhadap tempat,
waktu dan orang.
Rasional :
Menentukan adanya kelainan pada proses sensori.
2)
Catat adanya
perubahan tingkah laku.
Rasional : Kemungkinan terlalu waspada, tidak dapat
beristirahat, sensitifitas meningkat atau menangis atau mungkin berkembang
menjadi psikotik yang sesungguhnya.
3)
Kaji tingkat
ansietas.
Rasional :
Ansietas dapat merubah proses piker.
4)
Ciptakan
lingkungan yang tenang,turunkan stimulasi lingkungan.
Rasional : menurunan
stimulasi eksternal dapat menurunkan hiperaktifitas/refleks, peka rangsang saraf, halusinasi pendengaran
5)
Orientasikan
pasien pada tempat dan waktu.
Rasional : Membantu untuk mengembangkan dan
mempertahankan kesadaran pada realita/lingkungan.
6)
Anjurkan
keluarga atau orang terdekat lainnya untuk mengunjungi klien.
Rasional :
Membantu dalam mempertahankan sosialisasi dan orientasi pasien.
7)
Kolaborasi
pemberian obat sesuai indikasi seperti sedatif/tranquilizer, atau obat anti psikotik.
Rasional : Meningkatkan relaksasi,menurunkan hipersensitifitas
saraf/agitasi untuk meningkatkan
proses pikir.
3.1.5
Implementasi
Keperawatan
Setelah rencana tindakan keperawatan disusun secara
sistemik. Selanjutnya rencana tindakan tersebut diterapkan dalam bentuk
kegiatan yang nyata dan terpadu guna memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan
yang diharapkan.
3.1.6
Evaluasi Keperawatan
Hasil yang
diharapkan adalah :
- Klien akan mempertahankan curah jantung yang adekuat
sesuai dengan kebutuhan tubuh.
- Klien akan mengungkapkan secara verbal tentang
peningkatan tingkat energy.
- Klien akan menunjukkan berat badan stabil.
- Klien akan mempertahankan kelembaban membran
mukosa mata, terbebas dari ulkus.
- Klien akan melaporkan ansietas berkurang sampai
tingkat dapat diatasi.
- Klien akan melaporkan pemahaman tentang
penyakitnya.
- Klien dapat mempertahankan orientasi realitas
umumnya, mengenali perubahan dalam berpikir/berprilaku dan faktor penyebabnya.